Dialog Tentang Sebongkah Hati
Aku berjalan hari itu. Di masa yang sama, menuju tempat yang sama. Namun ada yang tampak berbeda; seorang gadis sedang memunggungiku, dengan rambut panjang yang sia-sia ia ikat karena masih tampak helai-helainya yang bergerak-gerak lesu. Mungkin tertiup angin, atau sekadar mengikuti gemulai gerak pemiliknya meski tak ingin. Aku mendekat. Merasa mengenal, tapi di saat yang sama merasa tak kenal. Merasa dekat, tapi seolah ada jarak yang mencegat. Gadis di hadapanku kini tak lagi bergerak. Masih berdiri memandang ke depan dengan ekspresi—yang anehnya aku tahu—sedih di wajahnya. Gadis itu menoleh kepadaku. Semai senyum ranumnya menghiasi. Ya, dia tersenyum! Apa kesedihannya tadi hanya citraannya belaka? Atau aku yang salah mengira? “Wahai.. Kau datang,” ucapnya sambil mencoba merapikan helaian rambutnya yang belum terikat. Tampak gugup dan malu-malu. Lucu juga melihatnya yang seperti itu. Namun, aku tak tertawa. Justru aku mencoba menerjemahkan apa yang kulihat dari dirinya. ...