Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Dalam Diam

Entah apa yang ada dalam benakmu jika mendengar ini. Namun sudah  berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, Kuhanya terpaku pada satu nama. Kau.. Aku hanya berkutat dengan perasaanku sendiri. Antara kehormatanku, atau dirimu. Kukekang hati ini agar tak liar mendekatimu. Meski itu sulit, sangat sulit. Kau yang pertama menaungiku seperti hakikat ‘Sang Awan’. Dan membuat ‘Hujan’ ini menjadi hamba setiamu. Kau perlihatkan warna kelammu yang kuanggap itu keindahan terindah. Tidakkan aku begitu menyedihkan? Kutata kembali hati ini. Kuberanikan diri untuk berkata: Aku pernah berharap kau meraih tanganku meski tanpa kutarik Ku pernah berharap bisa memiliki indah warna kelammnu meski hanya sekejap. Namun ternyata, keindahan terindah yang benar-benar kudamba, Ialah jika kau tetap menjadi ‘Awan’ di langit cintaku. Tanpa harus kuraih, tanpa harus kumiliki. Kini, kuhanya berharap bisa terus mencintaimu, Dalam diam.

Tanya Si Kecil

            Tujuh. Delapan. Tujuh lagi. Bahkan enam dan lima. Tak ada nilai yang memuaskan dari hasil ulangan harian murid-muridku. Apakah biologi sesulit itu? Atau, aku yang tak pandai mengajari? Bolpoin di tanganku menari dengan lincah. Aku masih dengan sabar memeriksa pekerjaan murid-muridku, kelas sepuluh. Sesekali aku terkekeh melihat jawaban mereka yang unik, aneh dan tak terduga. Ada yang dengan jujur menulis  ‘Maaf bu, saya nggak paham’. Mungkin, dia tidak masuk saat materi itu, pikirku. Ada juga yang bercerita, ‘Ibu, saya itu kalau malam nggak bisa tidur. Jadi waktu sekolah pagi, saya ngantuk. Makanya tidak memperhatikan ibu karena saya tidur di kelas.’ Hmmm.. Ada-ada saja. Meski mereka jujur, tetap saja aku harus memberi nilai yang sesuai dengan pekerjaan mereka. Kutorehkan nilai ‘nol’ besar dengan pesan, ‘Tidak ada alasan untuk tidak belajar meski mengantuk!’. Apa aku terlalu kejam? Mungkin benar. Tapi inila...

Paman Teddy Bear

            Pria itu terus berlari. Dengan kostum boneka beruang yang ia pakai, membuatnya cukup menarik perhatian orang-orang. Tapi dia tidak peduli. Dia terus berlari. Mengejar waktu, atau dikejar waktu? Ditangannya ada bingkisan kecil terbungkus rapi. Dia pegangi, seakan itu benda berharga yang akan dilindungiya sampai mati. Tak peduli panasnya hari, terlebih dengan kostum tebal itu.             Dia masuk kehalaman sebuah rumah yang cukup luas. Ada pesta disana. Dengan balon dan hiasan lainnya. Tawa-tawa kecil terdengar. Disuatu sudut, dia terpaku. Memandangi gadis kecil yang menggunakan kursi roda dengan pakaian putri nan cantik. Pesta ulang tahun ini sungguh membuat gadis kecil itu bahagia. Sejenak, gadis kecil itu melupakan kekurangannya. Ditambah sang ibu yang dengan setia menemani. Tersenyum, meladeni setiap ocehan gadis kecilnya.          ...

Aku Bukan Zulaikha

Di sudut hati nan rapuh, kubersimpuh.. Bernanahkan luka hati, tertusuk duri.. Haruskah ku turut Zulaikha yang mengemis cinta? Sedang tak nampak jelmaan yusuf di akhir masa. Yang ada hanya wajah-wajah malaikat pembawa dusta! Lantas, pantaskah ku mengiba? Kueja kembali hikayat kusus berbuah surga. Saat nafsu sang Zulaikha menggelora. Siapa sanggup acuhkan elok parasnya? Sang Yusuf tak bergeming. Imannya tetap kokoh dan bening. Sedang Zukaiha terus merajuk. Kehormatannya terpuruk. ‘Kemarilah duhai kasihku.. Kemarilah..’ ‘Tidak! Sesungguhnya aku takut pada Tuhanku.. Aku takut pada Tuhanku!’ Inilah cinta yang suci. Yang berujung ridho Ilahi. Lantas, masih pantaskah ku mengiba? Di sudut hati nan kukuh, ku berteguh.. Tak ada lagi luka hati, tertusuk duri. Yang ada hanya sabar dan ikhlasku, menanti