JURANG PEMISAH
Orang berkata kami ini kembar. Hah! Ada-ada saja. Bagaimana bisa kami menjadi kembar di saat perbedaan itu begitu tampak dari perangai kami? Hanya wajah kami yang serupa. Selain itu, jauh berbeda! Ya, memang ada sedikit kesamaan. Jika dia sedih, aku juga sedih. Jika dia sakit, aku juga sakit. Jika dia bahagia, aku turut bersuka. Hanya sekedar merasa. Sesudah itu, hilang begitu saja. Tapi, itu juga yang membuatku muak. Karena saat aku membencinya, bukankah dia juga membenciku? Dan saat ini, aku sangat membencinya! Ya, benar. Aku begitu berbeda dengannya. Bagai dua sisi koin yang berlainan. Aku si buruk, sedangkan dia begitu indah. Aku si murung, sedangkan dia penuh riang tawa. Aku yang kelam, sedangkan dia bersinar terang. Aku yang tak berarti, sedangkan dia memiliki banyak arti. Di kehidupan kami, aku dan dia tepisahkan oleh dua buah nama, Maya dan Santi. Di antara kami ada sebuah jarak pemisah. Sampai saat ini pun, jarak itu masih terbentang. Dari dulu memang seperti ini. Tak b...