DEWI ARUM SARI
DEWI ARUM SARI
Diceritakan
kembali oleh Khairunnisa Agnia
Kerajaan Cirebon tempo dulu
menyimpan permata indah berkilauan. Dialah Dewi Arum Sari yang cantik jelita,
berbalut budi pekerti santun dan sahaja. Kecantikannya mampu membuat semua pria
yang melihatnya jatuh hati, tak terkecuali para pangeran yang sangat
berpengaruh dan berkuasa. Mereka berbondong-bondong datang ke Kerajaan Cirebon
untuk mempersunting Dewi Arum Sari. Tetapi, satu persatu lamaran itu ditolaknya
dengan halus. Padahal, ayah Dewi Arum Sari, sang Raja, sangat meginginkan agar
Dewi menikah dengan salah satu dari pangeran itu. Sang Raja pun bertanya,
mengapa Dewi tak mau menerima satu pun lamaran itu? Dewi hanya bisa terdiam
dengan rasa bersalah yang mendalam terhadap ayahandanya. Namun sorot matanya
seolah-oleh bicara. Tanpa kata-kata, Dewi mengingat kenangan itu.
Siang hari yang terik di jalan-jalan
sepi beralaskan bebatuan runcing dan panas. Sebuah tandu berjalan lambat dengan
empat orang lelaki yang memanggulnya. Terlihat dari dalam tandu itu, seorang
gadis yang mengintip penasaran. Apa yang ia intip? Hanya suasana sepi jalanan
berbatu dengan pohon-pohon rimbun di
pinggir jalan. Tak ada satu pun manusia yang melewati jalan itu selain
rombongannya. Jalan itu memang jarang dilewati orang karena katanya, banyak
perampok yang berkeliaran di sana. Malangnya, rombongan bertandu itu seperti
tidak tahu akan bahaya yang mengancam mereka. Mereka terus berjalan membawa
gadis di dalam tandu yang tidak lain adalah Dewi Arum Sari.
Menit berikutnya, hal yang
ditakutkan pun terjadi. Tandu itu dicegat olah orang-orang dengan kain hitam
yang menutupi wajah. Mereka membawa pedang, keris atau apapun yang bisa
digunakan untuk melukai bahkan menghilangkan nyawa. Empat orang pemanggul tandu
tak berdaya saat orang-orang itu menghunuskan pedang tajam ke tubuh penuh peluh
mereka. Dewi Arum Sari yang ada di dalam tandu hanya bisa mendengar suara
erangan kesakitan pengawal-pengawalnya itu dengan tubuh bergetar ketakutan. Dia
ingin berteriak. Meminta tolong. Tetapi kepada siapa?
Suara tawa terdengar diiringi derap
langkah mendekati tandu. Dewi sudah pasrah saat orang-orang itu akan membuka
tandu yang dinaikinya. Tiba-tiba, pintu tandu yang hampir terbuka itu menutup
kembali. Suara pedang bersahut-sahutan diikuti erangan keras pun kembali
terdengar di telinga Dewi. Semakin lama, suara erangan itu semakin riuh. Bukan
hanya suara satu orang. Lima, tujuh, bahkan sepuluh. Dewi tak bisa menduga.
Kemudian, suasana menjadi hening. Sejenak Dewi merasa ragu untuk melihat
keluar. Namun rasa penasarannya mengalahkan ketakutan yang sedari tadi mendera.
Dibukanya pintu tandu perlahan. Dan terlihat olehnya para perampok itu sudah
tak bernyawa dengan seorang lelaki muda berdiri terengah-engah di tengah
mereka. Dialah yang mengalakan perampok-perampok itu.
Mengingat semua itu, tak bisa hati
Dewi Arum Sari tak berdesir. Saat kembali ia ingat wajah putih pemuda yang
menolongnya, terbit sepercik rasa kagum yang lama kelamaan ia tumpuk menjadi
cinta yang membara. Meski akhirnya ia hanya memendam cinta itu, karena merasa
bersalah pada ayahandanya. Mengapa ia harus jatuh hati pada pemuda itu? Pemuda
yang bahkan ia tak tahu namanya.
.
. .
Malam itu tak pernah diduga oleh
siapa pun yang ada di istana. Ketika seorang raksasa kejam bernama Wira Gora
menerobos istana dan menculik Dewi Arum Sari. Para pengawal istana tak bisa
berbuat apa-apa melawan keganasan dan kesaktian Wira Gora yang luar biasa.
Akhirnya mereka pasrah melihat Dewi mereka dibawa raksasa itu.
Raja yang mengetahui semua itu
segera bertindak. Dia panggil seluruh abdi kerajaan. Lalu mengumunmkan bahwa
dia akan mengadakan sayembara.
“Barang siapa dapat mengalahkan Wira
Gora dan membawa Dewi Arum Sari kembali ke istana dengan selamat, jika dia wanita,
maka dia akan kujadikan anak. Namun jika dia lelaki, akan aku nikahkan dia
dengan Dewi Arum Sari.”
Sayembara itu langsung menyebar ke
seluruh penjuru kerajaan. Banyak pemuda, baik pangeran maupun orang bisa yang
ingin mengikutinya. Demikian pula dengan Raden Taruhlintang. Pemuda biasa ini
sangat ingin menyelamatkan Dewi. Menyelamatkan kembali, tepatnya. Ya. Dialah
pemuda yang pernah menyelamatkan Dewi Arum Sari dari para perampok dulu. Dan
tanpa dia sadari, benih-benih cinta semakin bertumbuh dari hari-ke hari
semenjak dia melihat kecantikan Dewi Arum Sari hari itu. Ia sangat meyesal, kenapa saat itu dia tidak memperkenalkan diri dan malah pergi
begitu saja.
Raden Taruhlintang pun menceritakan
keinginana itu pada sahabatnya, Raden Wira Santika. Mereka sudah sejak lama
bersahabat dan berguru pada guru yang sama yaitu Ki Tapak Jagat. Setelah
mendengar keinginan Raden Taruhlintang dan juga alasannya, Raden Wira Santika
memutuskan untuk membantu sahabatnya baiknya.
“Aku akan membantumu, dimas. Bukan untuk mengikuti sayembara
itu dan memperistri Dewi Arum Sari. Namun aku tahu, kekuatan dan kesaktian Wira
Gora tak mungkin dapat engkau hadapi sendirian.”
“Terimakasih, kangmas. Aku memang membutuhkan bantuanmu.”
Mereka pun mencari cara untuk
mengalahkan Wira Gora. Namun buntu. Tak ada satu pun cara yang mereka anggap
efektif untuk mengalahkan Wira Gora. Di tengah kebuntuan itu, guru mereka
datang dan memberikan solusi.
“Pergilah kalian ke gua gunung
berapi. Di sana terdapat mustika ular yang dijaga oleh raksasa ular. Jika
kalian ingin mengalahkan Wira Gora maka kalian harus mengambil mustika itu
dengan mengalahkan ular raksasa yang menjagainya. Tetapi, kalian harus
berhati-hati. Ular raksasa itu sangatlah sakti. Sudah banyak orang yang tak
dapat kembali setelah menghadapi ular itu..”
Mendengar nesehat dari gurunya itu,
Raden Taruhlintang dan Raden Wira Santika tak membuang waktu. Mereka segera pergi ke gua gunung berapi
untuk mengambil mustika ular yang dikenal sangat sakti. Akhirnya,
mereka berdua berhasil menemukan ular yang menjagai mustika itu. Ternyata ular
raksasa itu memang benar-benar sakti. Kedua pemuda itu sempat kewalahan
menghadapinya. Tetapi, akhirnya mereka berhasil mendapatkan mustika ular itu.
Dengan penuh semangat, mereka menuju
hutan untuk menyalamatkan Dewi Arum Sari. Memasuki tengah hutan, terdengar
suara pertarungan. Tenyata orang-orang yang mengikuti sayembara sedang
menghadapi raksasa Wira Gora dengan susah payah. Perjuangan mereka berakhir
saat Wira Gora mengeluarkan ajian saktinya yang membuat mereka tak berkutik
lagi. Raden Tarulintang dan Raden Santika menyaksikan semua itu dari balik
pohon. Mereka mengakui bahwa Wira Gora sangatlah sakti. Akan sulit
mengalahkannya tanpa mustika ular.
“Kangmas,
dimas punya rencana. Dimas akan menghadapi Wira Gora dengan
mustika ini, dan kangmas masuklah ke
dalam gua itu. Pasti Dewi Arum Sari ada di sana.” ucap Raden Taruhlintang.
“Tidak apa-apakah jika dimas menghadapi raksasa itu sendirian?”
Raden Wira Santika tampak sangat mengkhawatirkan sahabatnya.
“Tak apa, kangmas. Toh aku memiliki mustika ini bersamaku. Tetapi dimas mohon, temukanlah Dewi dan
lindungi dia semala dimas menghadapi
Wira Gora.” Kata-kata Raden Taruhlintang penuh dengan keyakinan sehingga Raden
Wira Santika tak mampu membantahnya.
Akhirnya mereka menjalankan rencana
itu. Demi cintanya kepada Dewi Arum Sari, Raden Taruhlintang menghadapi raksasa
sakti itu meski nyawa taruhannya. Dia dengan sekuat tenaga dan kekuatannya
berusaha mengalahkan Wira Gora. Sementara itu,
Raden Wira Santika mengendap-endap memasuki gua yang diyakini bahwa Dewi
Arum Sari ada di dalamnya. Gua itu gelap
dan pengap. Tak ada suara selain suara tetesan air dan langka kaki Raden Wira
Santika sendiri. Semakin ke dalam, terlihat ada setitik cahaya lilin menyinari.
Raden Wira Santika mempercepat langkah. Memanggil-manggil nama Dewi Arum Sari.
Pangilan itu bersambut. Kemudian muncullah wajah putih Dewi di balik ruangan
terkunci. Wajah yang tak mungkin ditolak oleh kebanyakan lelaki. Kecantikan
Dewi Arum Sari mampu membuat hati pemuda mana pun berdebar habat, termasuk
Raden Wira Santika. Sejenak ia tertegun memandangi kecantikan luar biasa itu.
Sampai akhirnya ia tersadar dan bergegas membebaskan Dewi Arum Sari.
Di laur, pertarungan semakin
dahsyat. Wira Gora dengan ajian saktinya membuat Raden Taruhlintang terjatuh
beberapa kali. Namun dengan cepat Raden Taruhlintang bangkit dan membalas
menyarang Wira Gora dengan serangan yang tak kalah hebat. Sampai puncaknya,
saat Wira Gora merasa di atas angin karena berhasil menjepit lawannya, Raden
Taruhlintang mengeluakan mustika ular itu dan menggunakannya untuk melumpuhkan
Wira Gora. Wira Gora terkapar. Kekuatannya lenyap seketika. Dengan napas yang
masih memburu, Raden Tarunlintang mengusap peluh di pelipisnya saat tiba-tiba
suara lembut terdengar dari arah belakang.
Raden Taruhlintang menoleh. Melihat
seseorang yang selama ini dia rindukan berdiri dengan mata berkaca.
“Bukankan kisanak yang pernah menyelamatkanku?” tanya Dewi Arum Sari dengan lirih.
“Benar Dewi. Hampa pemuda biasa yang
dahulu dengan sangat lancang berani menatap wajah Dewi hingga membawanya dalam
mimpi-mimpi hamba. Ampuni hamba Dewi, karena hamba menaruh hati pada wanita
terhormat seperti Dewi.” ucap itu tulus keluar dari mulut Raden Tarunlintang.
Keharuan menjalar di seisi hutan.
Disaksikan pohon-pohon dan daun-daun yang berdesir tertiup angin. Namun,
tampaknya ada satu orang yang tidak mengamini pertemuan indah penuh haru itu.
Raden Wira Santika mendekati mereka berdua perlahan. Lalu tiba-tiba suara
tikaman terdengar. Tubuh tegap Raden Taruhlintang seketika roboh dan darah
segar bercucuran dari punggungnya. Dia terkejut. Dewi pun terkejut dengan apa
yang terjadi.
Tanpa menoleh sedikit pun kepada
sahabat baik yang ditikamnya itu, Raden Wira Santika berkata pada Dewi Arum
Sari yang terpaku.
“Maaf Dewi, tetapi anda harus
menikah dengan saya...”
.
. .
Keterangan
Dalam
cerita asli, sebenarnya Raden Taruhlintang dan Raden Wira Santika tidak
bersahabat. Mereka pemuda berbeda kelas dan berbeda kepribadian yang tidak
pernah saling mengenal satu sama lain. Raden Wira Santika mempunyai sifat
licik. Dia yang sebenarnya merencanakan penculikan terhadap Dewi Arum Sari
dengan meminta bantuan Wira Gora agar dianggap sebagai pahlawan dan dapat
menikahi Dewi Arum Sari. Di akhir cerita, Raden Taruhlintang dapat mengalahkan
Wira Gora dan Raden Wira Santika dan menikah dengan Dewi Arum Sari.
Halo... mau nanya kalo mau mencari tahu informasi lebih lanjut tentang Raden taruhlintang & Dewi Arum sari itu dimana yaa? Saya butuh informasi lebih untuk membuat teks drama untuk tugas saya.. terima kasih
BalasHapusBagus ceritanya, pelajaran bt kita, sll berhati" dgn org" yg kita pcy.
BalasHapusHalo Vina. Maaf baru membalas. Saya hanya membaca cerita ini dari blog-blog. Ini pun ceritanya saya ubah akhirnya karena diminta oleh dosen begitu (ini tugas kuliah).
BalasHapusUntuk refensi lain, saya kurang tahu. T.T
Maaf yaa.
Terima kasih sudah mampir dan membaca blog ini. :D
BalasHapusCb ya da crta film y ..
BalasHapusyaahhh bc y jd skilas
Waaahh.. kalau ada yang memfilmka, keren tuh. He..hee..
BalasHapusTerima kasih sudah mampir.. :D
Saya penasaran dengan nama siluman ular raksaaa yg diambil mustikanya.
BalasHapusSaya butuh keterangan iitu untuk mengungkap sesuatu 🙏
Waahh. Di referensi yang saja baca tidak dijelaskan. Mohon maaf. 😂
HapusTerima kasij sudah mampir.